HIMBAUAN.COM — Dalam perkembangan terbaru dunia One Piece, kisah tentang tragedi God Valley kembali mengemuka lewat rangkaian peristiwa yang membuka sisi kelam sejarah era bajak laut lama. Catatan baru ini menggambarkan bagaimana pertarungan dahsyat antara Roger, Garp, dan Rocks berakhir, serta bagaimana sejumlah tokoh besar mengambil langkah yang menentukan masa depan dunia.
Insiden itu dimulai dengan kondisi Rocks yang tergeletak di tanah, terpukul mundur oleh serangan gabungan Roger dan Garp. Meski tubuhnya nyaris hancur, Rocks masih bernapas dan sempat bergumam bahwa kedua musuhnya harus segera pergi sebelum ajal menjemput. Beberapa saat kemudian, Garling bersama Sommers dan Maffey mendekat. Tanpa ragu, Garling menancapkan pedang ke tubuh Rocks. Di detik terakhir hidupnya, Rocks justru berterima kasih karena mereka menghentikan amukannya sebelum lebih banyak nyawa melayang.
Berakhirnya hayat Rocks menandai runtuhnya era bajak laut paling brutal pada masanya. Para tokoh besar seperti Newgate, Linlin, Kaidou hingga Shakky disebut berada dalam pusaran insiden itu. God Valley sendiri perlahan tenggelam ke dasar laut tanpa terlihat adanya serangan lanjutan, seolah pulau tersebut memang ditakdirkan lenyap dari peta.
Di sisi lain, Roger kembali ke kapal Oro Jackson untuk memulihkan luka. Namun keheningan usai pertempuran berubah ketika suara ganjil terdengar dari sebuah kotak harta. Saat dibuka, kru Oro Jackson mendapati seorang bayi berambut merah tersenyum—Shanks—yang kelak menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di era bajak laut berikutnya. Penemuan itu menggemparkan, mengingat peristiwa tersebut beresonansi dengan kisah yang sempat ditampilkan dalam materi tambahan Film Red.
Pecahnya kru Rocks Pirates kemudian menyebar ke seluruh dunia. Dampaknya terasa hingga ke Elbaph, ketika Harald—tokoh penting di kerajaan raksasa—meluapkan amarahnya saat menghentikan seorang raksasa yang menyerang pemukiman manusia. Harald merasa bersalah karena idealisme perdamaian membuatnya tidak bisa menyelamatkan Rocks dulu, sehingga kini ia bertekad tidak akan membiarkan siapa pun dari kaumnya berbuat sewenang-wenang.
Reaksi dari Loki juga terungkap. Ia awalnya ingin bergabung dengan Rocks Pirates karena mengira Rocks adalah Nika, sosok yang dipuja dalam legenda kuno. Namun Rocks menegaskan bahwa dirinya bukan dewa, melainkan bajak laut yang ingin menaklukkan dunia demi mengubahnya.
Peristiwa lain terjadi di pusat Marinir. Dragon, yang saat itu ditahan, berhadapan dengan ayahnya sendiri, Garp. Dalam percakapan singkat penuh tensi, Dragon menyatakan berhenti dari Angkatan Laut dan mengungkapkan kebenciannya pada Garp. Sang pahlawan laut hanya menjawab singkat, seolah memahami keputusan itu sejak awal.
Beberapa waktu kemudian, Harald bersiap meninggalkan Elbaph. Dengan mata berkaca-kaca, ia berpamitan kepada keluarga, termasuk dua anaknya—Hajrudin dan Loki. Harald menegaskan bahwa keduanya harus bekerja sama menjaga Elbaph dan mengikuti jalan damai yang ingin ia bangun. Namun reputasinya memburuk setelah insiden dengan raksasa sebelumnya memicu berita bahwa ia bersikap brutal.
Merasa bertanggung jawab, Harald menuju Marineford untuk berbicara langsung dengan pihak Marinir dan Pemerintah Dunia. Di sana, ia melakukan tindakan yang mengejutkan seluruh saksi. Dalam sebuah adegan dramatis, Harald mencabut kedua tanduknya—simbol kehormatan bangsa raksasa—hingga wajahnya berlumur darah. Ia kemudian berlutut dan mempersembahkan tanduk itu sebagai bentuk penebusan atas kesalahan kaumnya selama seribu tahun.
Harald memohon agar para pejabat tinggi Marine dan Pemerintah Dunia memberikan kesempatan agar anak-anak Elbaph bisa hidup berdampingan dengan manusia lainnya tanpa perlu menyakiti siapa pun. Ia bahkan bersedia menjadi budak demi membuktikan ketulusan sumpah damainya.
Sementara darah menetes di lantai Marineford, panel terakhir memperlihatkan sepasang mata yang mengamati kejadian itu dari kegelapan—mata yang diyakini milik Imu, sosok misterius yang berdiri di puncak kekuasaan Dunia.
Kisah ini bukan hanya menambah detail sejarah besar One Piece, tetapi juga membuka jalan menuju konflik baru yang lebih besar. Tidak ada jeda pekan depan, menandakan cerita akan berlanjut dengan tensi semakin meningkat.
