Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Saham Sinarmas 2025: Analisis & Proyeksi Harga

Saham Sinarmas 2025: Analisis & Proyeksi Harga

HIMBAUAN – JAKARTA. Sepanjang tahun 2025, performa Grup Sinarmas telah menjadi sorotan hangat di kalangan investor dan pengamat pasar modal. Perhatian ini tak lepas dari lonjakan signifikan harga saham salah satu emiten unggulannya yang mencatatkan pertumbuhan luar biasa, memicu dinamika menarik di pasar.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memimpin euforia ini dengan kenaikan harga saham mencapai 189,73% secara year-to-date (YTD) sejak awal tahun. Saat ini, setiap lembar saham DSSA diperdagangkan pada level Rp 107.200, menunjukkan momentum yang sangat kuat dan menarik perhatian luas.

Meskipun tidak setinggi kenaikan fantastis DSSA, sejumlah emiten lain di bawah payung Grup Sinarmas juga mencatatkan pertumbuhan positif sejak awal tahun. PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM), misalnya, berhasil melonjak 123,81% YTD. Kemudian, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) naik 39,04% YTD. Emiten kertas, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) tumbuh 19,25% YTD, disusul oleh PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) dengan kenaikan 18,78% YTD, dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang menguat 16,18% YTD. Kinerja beragam ini menunjukkan kompleksitas pergerakan pasar di tengah sentimen yang berbeda.

Namun, tidak semua emiten Grup Sinarmas menikmati tren positif tersebut. Dua entitas di sektor properti, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), justru menghadapi koreksi. Saham BSDE turun tipis 0,53% YTD, sementara DMAS terkoreksi lebih dalam 11,41% YTD. Perbedaan nasib ini mengindikasikan adanya faktor-faktor pendorong yang bervariasi di antara sektor-sektor yang digeluti Grup Sinarmas.

Coretax DJP: Serah Terima dari Vendor 15 Desember!

Menurut Fath Aliansyah, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, lonjakan harga DSSA memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan emiten grup lainnya. Fath menjelaskan bahwa DSSA kini telah terdaftar dalam indeks MSCI dan FTSE, menjadikannya tergolong sangat likuid. Hal ini mengindikasikan bahwa pergerakan saham emiten komoditas tersebut tidak semata-mata didorong oleh fundamental perusahaan. “Perubahan kenaikan bobot pada indeks global bisa membuat momentum harga saham DSSA positif dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).

Didominasi Grup Sinar Mas, Berikut 7 Emiten yang Cum Date Selasa (23/6)

Senada dengan Fath, Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, berpandangan bahwa kenaikan saham Grup Sinarmas secara keseluruhan belum sepenuhnya sejalan dengan kinerja fundamental masing-masing emiten. Wafi mengamati bahwa beberapa emiten seperti INKP, TKIM, DSSA, dan SMAR memang mengalami kenaikan saham yang ditopang oleh sentimen reli harga komoditas global, strategi ekspansi bisnis yang agresif, serta rerating valuasi pasar. “Namun, perlu dicatat bahwa beberapa emiten mengalami kenaikan saham yang tidak sepenuhnya sejalan dengan kinerja fundamentalnya,” ujar Muhammad Wafi kepada Kontan, Selasa (25/11/2025).

Di sisi lain, saham-saham di sektor properti seperti BSDE dan DMAS masih tertinggal karena pemulihan industri yang cenderung lambat dan memerlukan waktu. Meskipun demikian, Wafi mencatat adanya tanda-tanda positif. “Namun kinerja mereka pada kuartal III ini mulai ada tanda pemulihan,” paparnya, memberikan secercah harapan bagi investor di segmen properti.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, turut menyampaikan analisisnya. Ia menyoroti bahwa valuasi saham Grup Sinarmas per kuartal III 2025 menunjukkan diskoneksi signifikan antara fundamental perusahaan dan harga pasar yang berlaku. Fenomena ini paling ekstrem terlihat pada emiten-emiten yang mengalami kenaikan harga drastis tanpa dukungan fundamental yang sepadan. Sebagai contoh, SMDM, yang mencatat kenaikan harga saham hingga ratusan persen, justru membukukan kerugian bersih Rp 11,92 miliar pada kuartal III 2025 dan kerugian bersih kumulatif sebesar Rp 13,9 miliar per kuartal III.

Pollux Hotels Terbitkan Obligasi Keberlanjutan Rp500 M

Ironisnya, di sektor properti, saham BSDE justru masih terkoreksi YTD meskipun diperdagangkan pada rasio Price-to-Earnings (P/E) 6,5x yang secara konsensus dianggap sangat undervalued jika dibandingkan dengan median P/E sektor properti secara keseluruhan. “Disparitas ini menunjukkan bahwa kenaikan harga pada emiten tertentu lebih didorong oleh sentimen spekulatif daripada dukungan fundamental yang kuat,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (25/11/2025), menegaskan adanya permainan sentimen di pasar.

Menengok Kinerja Emiten Grup Sinarmas di Sisa Tahun 2025

Penelusuran lebih lanjut pada kinerja keuangan emiten Grup Sinarmas per kuartal III 2025 juga menunjukkan adanya pemisahan yang jelas antara performa riil dan pergerakan saham. TKIM tampil superior secara fundamental dengan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 3,55 triliun dan Net Margin yang mengesankan, yakni 28,9%. DMAS juga menunjukkan kualitas finansial yang baik dengan laba bersih Rp 525,1 miliar, Net Margin 67,4%, dan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) yang nyaris nol, tepatnya 0,06x. Sementara itu, kinerja SMAR menunjukkan stabilitas yang konsisten dengan laba bersih Rp 1,59 triliun.

“Di sektor properti, laba bersih BSDE untuk kuartal III 2025 tercatat Rp 75,52 miliar, mengalami penurunan 35,71% dibandingkan kuartal sebelumnya, cukup menjelaskan koreksi harga sahamnya,” tutur Abida, memberikan gambaran jelas mengenai korelasi antara kinerja finansial dan pergerakan harga saham.

Prospek dan Rekomendasi

Wall Street Reli: Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga?

Memasuki periode selanjutnya, para analis optimis terhadap prospek kinerja emiten Grup Sinarmas. Muhammad Wafi melihat adanya potensi positif yang kuat. Misalnya, INKP dan TKIM diuntungkan oleh siklus pemulihan margin industri pulp and paper, yang diperkuat dengan peningkatan permintaan global untuk produk kemasan (packaging). DSSA, di sisi lain, masih akan ditopang oleh harga energi yang stabil serta ekspansi agresif ke sektor energi hijau. SMAR juga diperkirakan akan mendapatkan dorongan dari stabilnya harga crude palm oil (CPO) dan permintaan ekspor yang berkelanjutan.

Sementara itu, emiten properti seperti BSDE dan DMAS masih memiliki peluang untuk mengejar performanya. Potensi ini bisa terwujud jika proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dilanjutkan dengan masif, suku bunga acuan mulai turun, dan permintaan properti kembali bergairah. “Sehingga untuk tahun 2025 kemungkinan DSSA jadi jawara dengan best rally. Tapi, di tahun 2026 kandidat kuat jawaranya adalah INKP dan TKIM, serta BSDE meskipun pemulihannya terlambat,” ungkap Wafi, memberikan proyeksi juara pasar di masa depan.

Grup Sinarmas Masuk Bisnis Panas Bumi, Potensi Geothermal RI Kian Dilirik

Berdasarkan analisis tersebut, Wafi merekomendasikan beli untuk INKP, TKIM, SMAR, BSDE, dan DMAS, dengan target harga masing-masing Rp 8.500 per saham, Rp 10.200 per saham, Rp 6.400 per saham, Rp 1.300 per saham, dan Rp 190 per saham. Untuk DSSA, rekomendasi hold diberikan dengan target harga Rp 108.000 per saham, mengindikasikan bahwa potensi kenaikan lebih lanjut mungkin terbatas setelah reli yang signifikan.

Abida Massi Armand juga memaparkan pandangannya mengenai prospek kinerja emiten Grup Sinarmas pada akhir 2025 hingga 2026. Ia mengidentifikasi dua sentimen utama yang akan mendominasi pergerakan, yaitu transisi struktural dan siklus moneter global. Emiten properti seperti BSDE dan DMAS diperkirakan akan mendapatkan dukungan substansial dari prospek pemulihan sentimen makro ekonomi. Ini seiring dengan tren pemangkasan suku bunga global dan domestik yang diprediksi akan berlanjut pada tahun 2026, yang secara signifikan akan memperbaiki appetite investor terhadap sektor properti.

IHSG Sentuh 8.600! Menkeu: Mantap, To The Moon!

“Dampak substansial dari pelonggaran moneter terhadap PDB diprediksi baru akan terasa pada 2026, sehingga menjadikan tahun tersebut sebagai periode re-rating sektor properti,” ungkap Abida, menegaskan potensi kebangkitan sektor properti. Di sisi komoditas, saham DSSA akan diuntungkan oleh strategi diversifikasi bisnisnya, mengingat harga batu bara diproyeksikan akan menurun 5% lagi pada tahun 2026, setelah rata-rata US$100 per metrik ton pada tahun 2025.

Emiten Kertas Sinarmas INKP dan TKIM Bagi Dividen, Cermati Prospeknya

“Sebaliknya, INKP dan TKIM diuntungkan oleh pertumbuhan struktural permintaan pulp global untuk segmen tissue dengan CAGR 3,7% dan segmen cartonboard & specialties dengan CAGR 3,9% hingga 2026,” paparnya, menunjukkan fundamental kuat pada sektor kertas. Lebih lanjut, ia menilai bahwa jawara kinerja fundamental terbaik di sepanjang tahun 2025 adalah TKIM, ditopang oleh laba bersih kuartal III 2025 yang superior dan menjadi bukti ketahanan operasional.

Untuk tahun 2026, DSSA diposisikan sebagai jawara pertumbuhan dan katalis utama valuasi berkat ekspansi agresifnya ke sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), Data Center, dan investasi strategis di media digital. Potensi Initial Public Offering (IPO) Vidio juga dapat menjadi game changer yang signifikan bagi DSSA. Sementara itu, DMAS akan berperan sebagai penopang stabilitas utama bagi Grup Sinarmas, didukung oleh marjin bersih yang tinggi sekitar 67,4% dan neraca keuangan yang solid dengan DER hanya 0,06x. Kondisi ini memberikan ketahanan yang luar biasa di tengah volatilitas pasar.

Abida merekomendasikan beli untuk DSSA dengan potensi upside 50%. INKP juga direkomendasikan beli dengan target harga rata-rata 12 bulan sebesar Rp 10.000 per saham. Rekomendasi beli juga disematkan untuk TKIM, karena diperdagangkan pada valuasi yang sangat diskon, yaitu PER sebesar 3,3x dan PBV 0,46x, meskipun memiliki fundamental yang terbukti kuat. Di sektor properti, BSDE direkomendasikan beli dengan target harga 1 tahun yang diproyeksikan mencapai Rp 1.200 per saham, mengantisipasi pemulihan sektor tersebut di masa mendatang.

Kinerja Sejumlah Emiten Grup Sinarmas Lesu, Simak Rekomendasi Analis

Sumber: Kontan.co.id

Facebook Comments Box

POPULER





November 2025
SSRKJSM
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
×
×