Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Perpustakaan BI: Pengalaman Unik Jadi Pegawai

Perpustakaan BI: Pengalaman Unik Jadi Pegawai

HIMBAUAN

Perpustakaan Bank Indonesia (BI), dengan lokasinya yang strategis di jantung area perkantoran Bank Indonesia, seringkali menjadi perbincangan karena prosedur masuknya yang terbilang ketat. Pengalaman mengunjungi fasilitas ini membuka wawasan mengenai protokol keamanan berlapis yang mungkin menjadikannya salah satu perpustakaan dengan akses paling terkontrol di ibu kota.

Bagi kalangan akademisi, khususnya mahasiswa tingkat akhir yang tengah berjuang merampungkan skripsi, Perpustakaan Bank Indonesia telah lama dikenal sebagai pusat referensi vital. Namun, di mata masyarakat umum, pamornya mungkin masih kalah dibandingkan institusi populer seperti Perpustakaan Nasional atau Perpustakaan Jakarta. Padahal, perpustakaan BI ini menyimpan khazanah pengetahuan yang luar biasa, terutama di bidang ekonomi dan keuangan.

Kunjungan ini merupakan bagian dari inisiatif untuk membuat konten bertajuk “Dari Perpus ke Perpus” bersama rekan kompasianer Latipah Rahman. Di samping misi konten, ada ketertarikan mendalam terhadap predikat “estetik” yang sering disematkan pada perpustakaan ini. Tidak dapat dimungkiri, tren “estetik” belakangan memang menjadi magnet kuat yang mampu menarik minat banyak orang untuk mengunjungi suatu tempat, dan hal ini berlaku pula untuk perpustakaan.

Langkah awal kunjungan dimulai dengan melewati pintu gerbang Budi Kemuliaan. Di sana, kartu identitas pribadi wajib ditukarkan dengan kartu pengunjung. Namun, sebelum benar-benar memasuki area perpustakaan, kami memutuskan untuk mengutamakan makan siang. Pengalaman mengajarkan bahwa mencoba fokus di tengah deretan buku-buku saat perut kosong adalah hal yang kurang ideal.

Coretax DJP: Serah Terima dari Vendor 15 Desember!

Yang cukup mengejutkan, lokasi kantin Bank Indonesia ternyata jauh dari ekspektasi. Perjalanan menuju kantin membutuhkan waktu yang cukup panjang, melewati serangkaian gedung dan pintu akses yang pada umumnya hanya diperuntukkan bagi pegawai internal. Berkali-kali kami harus bertanya arah, diiringi gumam dalam hati, “Ini kok rasanya tidak sampai-sampai, ya?” Untungnya, seorang pegawai dengan keramahan hati akhirnya mengantar kami hingga tiba di tujuan. Setelah menaiki lift dan menyusuri lorong yang panjang, sampailah kami di kantin BI yang, memang, luar biasa jauhnya itu.

Suasana kantin Bank Indonesia terasa seperti pujasera modern di pusat perbelanjaan, dengan area yang luas dan variasi makanan yang beragam. Meskipun sudah tidak terlalu ramai, masih ada beberapa pegawai yang menikmati santap siangnya. “Kalau kantinnya sejauh ini, apakah para pegawai tetap bersedia ke kantin? Berangkat lapar, kembali ke ruangan lapar lagi, bukan?” celetuk saya kepada Latipah, sedikit takjub dengan jarak tempuh yang harus dilalui.

Setelah puas menyantap hidangan mulai dari gado-gado, nasi kebuli, es teh, hingga kopi, kami melanjutkan ibadah salat zuhur di masjid yang letaknya tak begitu jauh dari kantin. Dalam momen tersebut, terbersit khayalan singkat tentang bagaimana rasanya menjadi bagian dari para pegawai Bank Indonesia, menikmati fasilitas dan rutinitas sehari-hari mereka.

Puas berkhayal, kami pun kembali ke agenda utama: mengunjungi Perpustakaan Bank Indonesia. Perjalanan menuju perpustakaan ini terasa seperti menempuh “dari ujung ke ujung” area kompleks, diibaratkan seperti Biksu Tong Sam-Chong yang sedang dalam misi mengambil kitab suci. Kantin berada di ujung barat, sementara perpustakaan berada di ujung timur.

Di tengah perjalanan menuju perpustakaan, kami sempat mencoba mengambil beberapa foto di depan tulisan “Bank Indonesia” untuk dokumentasi. Namun, baru satu atau dua jepretan, seorang petugas segera menghampiri dan dengan sopan mengingatkan bahwa area perkantoran tersebut tidak diperbolehkan untuk difoto. Dengan penuh kesadaran, kami segera menyampaikan permohonan maaf dan memahami kebijakan keamanan di area vital negara.

Pollux Hotels Terbitkan Obligasi Keberlanjutan Rp500 M

Perpustakaan BI yang menjadi tujuan kami terletak di lantai dua Menara Syafruddin Prawiranegara. Sebelum naik lift, kami terlebih dahulu menuju meja resepsionis, di mana kartu tamu ditukar dengan kartu akses khusus menuju perpustakaan. Waktu yang tersisa kian menipis; proses makan siang, salat, dan perjalanan yang panjang ternyata memakan durasi yang cukup signifikan. Dengan sedikit terburu-buru, kami memasuki ruangan yang pada awalnya kami sangka adalah perpustakaan utama.

Ruangan pertama ini memang memiliki sentuhan estetik, namun tidak terlalu luas. Koleksinya didominasi oleh laporan keuangan dan buku-buku bertema ekonomi yang sangat spesifik. Awalnya, terbersit rasa sedikit kecewa. “Ini tidak terlalu worth it untuk masyarakat umum, apalagi jika proses masuknya serumit tadi,” pikir saya, merasa bahwa koleksinya terlalu niche untuk pengunjung biasa.

Menjelang pukul 4 sore, kami berencana untuk pulang, agar tidak berbarengan dengan jam pulang para pegawai. Namun, sebelum beranjak, sebuah pemandangan menarik perhatian kami. Di sebelah ruangan yang baru saja kami kunjungi, terdapat sebuah ruangan lain yang jauh lebih besar. Ternyata, inilah perpustakaan BI yang sesungguhnya!

Ruangan yang kami kunjungi sebelumnya adalah perpustakaan riset; pantas saja ukurannya sempit dan koleksinya sangat khusus. Sebuah kesalahpahaman yang akhirnya membawa pada penemuan yang lebih menarik. Begitu melangkahkan kaki ke dalam, seketika saya memahami mengapa banyak orang menyebutnya “estetik”. Area depannya tertata apik, dan area bacanya dirancang dengan desain yang lucu, unik, serta perpaduan warna-warna yang menarik.

Koleksi buku di Perpustakaan Bank Indonesia ini juga jauh lebih lengkap dan beragam. Tidak hanya terbatas pada buku-buku seputar keuangan, tetapi juga mencakup fiksi dan sastra. Saya menemukan karya-karya penulis kenamaan seperti Pramoedya Ananta Toer, NH Dini, dan Ahmad Tohari. Buku-buku populer seperti Supernova, 5 Cm, hingga karya Raditya Dika pun turut menghiasi rak-rak, menjadikannya menarik bagi spektrum pembaca yang lebih luas.

Wall Street Reli: Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga?

Meskipun tidak banyak anak-anak yang terlihat berkunjung, perpustakaan ini menyediakan area ramah anak yang nyaman, dilengkapi dengan buku-buku cerita, layar monitor interaktif, bean bag, dan beberapa mainan edukatif. Meski tidak terlalu besar, area ini menunjukkan perhatian perpustakaan terhadap kebutuhan berbagai segmen pengunjung.

Saat kami masuk, hanya ada segelintir pengunjung lain, kemungkinan besar karena waktu sudah menjelang sore. Sisa waktu yang ada kami maksimalkan untuk berkeliling dan menelusuri koleksi buku. Untuk bekerja atau membaca dengan tenang tentu saja waktu sudah tidak memungkinkan.

Selain koleksi buku bacaan dan referensi, Perpustakaan Bank Indonesia juga menawarkan coworking space gratis di Jakarta yang cukup nyaman. Bagi masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi atau tidak memiliki waktu luang untuk datang langsung, tersedia juga aplikasi Perpustakaan Digital iBI Library yang dapat diunduh melalui Play Store, memungkinkan akses ke berbagai koleksi secara digital.

Salah satu tantangan utama bagi perpustakaan yang berada di area perkantoran adalah jam operasional. Hal serupa berlaku untuk perpustakaan BI. Fasilitas ini hanya buka pada hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 07.10 hingga 17.00 WIB, mengikuti jam kerja kantor induknya. Perencanaan kunjungan yang matang sangat dianjurkan untuk memanfaatkan waktu secara efektif.

Perlu diketahui bahwa Perpustakaan Bank Indonesia yang berlokasi di Jl. M.H. Thamrin ini bukan satu-satunya. Setiap kantor perwakilan wilayah Bank Indonesia di berbagai daerah juga memiliki perpustakaan serupa. Totalnya ada sekitar 43 perpustakaan BI di seluruh Indonesia. Informasi ini tentu menjadi kabar baik, memberikan kesempatan bagi masyarakat di berbagai daerah untuk mengakses referensi berkualitas tanpa perlu jauh-jauh ke Jakarta.

IHSG Sentuh 8.600! Menkeu: Mantap, To The Moon!

Secara keseluruhan, Perpustakaan Bank Indonesia adalah destinasi yang sangat worth it bagi mereka yang mencari referensi mendalam di bidang moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, pengelolaan Rupiah, ekonomi digital, hukum, dan manajemen. Selain itu, fasilitas ini juga ideal bagi siapa saja yang membutuhkan coworking space gratis dan nyaman di sekitaran M.H. Thamrin, Jakarta.

Namun, jika tujuan Anda mencari “gebetan pegawai BI”, saya tidak merekomendasikannya di area perpustakaan utama. Mungkin kantinnya bisa menjadi pilihan alternatif, hahaha. Demikianlah cerita saya, sebuah “cosplay” menjadi pegawai BI dalam sehari, penuh dengan kejutan dan penemuan yang berharga.

Sumber: Artikel Asli

Facebook Comments Box

POPULER





Desember 2025
SSRKJSM
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031 
×
×