
HIMBAUAN – Keresahan yang sempat menyelimuti sebagian besar suporter PSIS Semarang terkait komitmen dan keseriusan manajemen dalam mengelola klub kini telah menemui titik terang. Sebuah langkah sigap dan berani diambil oleh Faris, sosok yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Persela Lamongan, dengan keputusannya untuk secara resmi mengundurkan diri. Keputusan krusial ini diambil demi satu tujuan utama: meredam segala potensi konflik kepentingan yang dikhawatirkan dapat mengganggu integritas dan kinerja klub ke depan.
Kekhawatiran mengenai adanya potensi konflik kepentingan ini bukanlah tanpa dasar. Isu ini telah menjadi perbincangan hangat dan menimbulkan pro-kontra di kalangan pendukung setia Laskar Mahesa Jenar, julukan untuk PSIS Semarang. Pangkal masalahnya terletak pada fakta bahwa kedua klub, PSIS dan Persela Lamongan, berkompetisi dalam satu panggung yang sama: Grup Timur Pegadaian Championship. Situasi ini memunculkan spekulasi dan kekhawatiran serius bahwa setiap keputusan strategis yang diambil oleh manajemen, terutama yang melibatkan pemegang saham dengan kepentingan ganda, dapat berpotensi dipengaruhi oleh bias dan keberpihakan. Sebelum pengunduran diri Faris, bayang-bayang tersebut sempat mencoreng optimisme para suporter terhadap masa depan klub.
Merujuk pada situasi yang memanas dan demi menjawab keresahan suporter, Faris tidak tinggal diam. Ia memilih untuk mengambil langkah mundur, sebuah keputusan yang dianggap sebagai manifestasi konkret dari komitmennya untuk menjunjung tinggi integritas klub dan memastikan transparansi dalam setiap kebijakan. Langkah ini dinilai sangat tepat dan strategis, tidak hanya untuk meredakan ketegangan, tetapi juga untuk melindungi PSIS Semarang dari potensi isu keberpihakan yang berpotensi merusak atmosfer kompetisi dan kepercayaan publik terhadap manajemen. Dengan demikian, diharapkan fokus klub dapat kembali pada pencapaian prestasi murni tanpa dibayangi spekulasi negatif.
Skor Kacamata di Babak Pertama Derbi Jatim! Persebaya Surabaya Ditahan Imbang Arema FC
Di tengah dinamika yang berkembang, suara dari akar rumput suporter pun tak luput dari perhatian. Wareng, selaku Ketua kelompok suporter fanatik Panser Biru, turut angkat bicara menanggapi polemik ini melalui akun Instagram pribadinya, @kepareng_wareng. Dalam unggahannya, Wareng menyampaikan perspektifnya yang menarik, bahwa fenomena kepemilikan saham di lebih dari satu klub sepak bola sejatinya bukanlah suatu hal yang asing atau baru dalam lanskap sepak bola Indonesia. Ia mencoba melihat permasalahan ini dari sudut pandang yang lebih luas dan historis.
Dalam narasi digitalnya, Wareng mengungkapkan keraguan awal yang serupa dengan banyak suporter lainnya. “Aku juga awalnya mikir Persela Mas Faris, Mbak Datu PSIS itu apa tidak konflik kepentingan ya?” tulisnya, merefleksikan pertanyaan yang beredar luas. Namun, setelah melakukan perenungan, ia menyimpulkan bahwa kondisi serupa telah terjadi sebelumnya tanpa menimbulkan masalah berarti. Ia menyoroti beberapa contoh di era Liga 1 di mana pemilik saham dari satu klub juga memiliki keterlibatan di klub lain, termasuk PSIS, Persija, dan PSS Sleman, namun hal tersebut tidak lantas memicu persoalan besar yang mengganggu jalannya kompetisi atau integritas manajemen klub. Ini menunjukkan adanya preseden yang mungkin menjadi dasar pemikirannya.
Kunci, menurut pandangan Wareng, terletak pada keberadaan pemegang saham pengendali yang jelas dan kuat. “Pas Liga 1 pemilik saham PSIS, Persija, PSS, dll sama juga tidak masalah, lha di PSIS pemegang saham pengendali YS kae,” ujarnya, menegaskan bahwa selama struktur kepemilikan klub memiliki poros pengendali yang sah, maka kendali atas struktur manajemen dan pengambilan keputusan tetap dapat dijaga dengan baik. Ia memperkuat argumennya dengan merujuk pada situasi di Liga 2, di mana contoh serupa dapat ditemukan, seperti keterlibatan AVJ di Kendal Tornado FC dan bagaimana hubungan kepemilikan sahamnya berkaitan dengan PSIS Semarang tanpa menciptakan gejolak signifikan. Perspektif ini menawarkan nuansa kompleksitas dalam dinamika kepemilikan klub di sepak bola Indonesia.
Masih Menepi! Jari Kaki Terbentur di Rumah, Cole Palmer Absen Lagi Saat Chelsea Hadapi Burnley, Barcelona, dan Arsenal
Kendati memiliki pandangan yang lebih longgar mengenai isu kepemilikan ganda, Wareng tetap memberikan apresiasi yang tinggi dan tulus kepada Faris. Ia memuji keputusan Faris untuk mengundurkan diri dari Persela sebagai tindakan nyata yang menunjukkan komitmen kuat terhadap kepercayaan suporter. “Tapi salut buat Mas Faris memilih mundur dari Persela sesuai tuntutan suporter. Tidak kayak si itu, mundur bukan karena tuntutan suporter tapi karena harga saham sudah cocok,” tegasnya, memberikan perbandingan tajam dengan kasus lain di mana keputusan mundur didasari oleh motivasi finansial semata, bukan karena tekanan atau tuntutan moral dari para pendukung. Pernyataan ini secara implisit menyoroti nilai-nilai integritas dan loyalitas yang diperlihatkan oleh Faris.
Dengan pengunduran diri Faris, suasana di kalangan suporter PSIS Semarang yang sempat memanas kini berangsur-angsur tenang. Keputusan ini diyakini tidak hanya meredakan ketegangan, tetapi juga secara gamblang memperlihatkan komitmen kuat manajemen klub untuk menempatkan transparansi dan integritas sebagai fondasi utama dalam setiap pengambilan keputusan. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa klub serius dalam menjaga nama baik dan kepercayaan para pendukungnya.
Berakhirnya polemik konflik kepentingan ini diharapkan menjadi lembaran baru bagi PSIS Semarang. Para pendukung kini bisa kembali fokus mendukung tim kesayangannya dengan optimisme penuh, seraya berharap PSIS dapat mengerahkan seluruh energi dan konsentrasinya untuk mengejar target prestasi maksimal di ajang Pegadaian Championship musim ini, tanpa lagi dibayangi isu-isu di luar lapangan.
Sumber: Berita Sepak Bola Terkini


