HIMBAUAN – Pasar modal Indonesia menunjukkan geliat optimisme dengan prospek Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) dari sejumlah perusahaan yang siap melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI saat ini tengah memproses 13 perusahaan yang berada dalam daftar antrean atau pipeline IPO, menandakan dinamika positif di tengah tantangan ekonomi global. Dari belasan calon emiten tersebut, tiga di antaranya menarik perhatian khusus karena dikategorikan sebagai “perusahaan mercusuar” atau lighthouse companies. Perusahaan-perusahaan ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan dan kontribusi besar bagi penguatan struktur pasar modal nasional.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, menjelaskan bahwa kehadiran tiga perusahaan mercusuar ini merefleksikan potensi besar dari berbagai sektor industri. Ketiga calon emiten strategis ini berasal dari sektor keuangan, infrastruktur, dan pertambangan atau mining. “Pada saat ini kita ada pipeline. Ada sekitar 13 pipeline. Nah kemarin pada saat Rapat Pemegang Saham Luar Biasa, teman-teman ada yang hadir nggak? Kita ada tiga lighthouse, satu finance, kemudian kedua, infrastruktur, ya saya jelasin kemarin ya, satu lagi mining,” ujar Nyoman dalam keterangannya di gedung BEI, Jakarta Selatan, pada Kamis (6/11/2025). Penekanan pada sektor-sektor kunci ini mengindikasikan bahwa BEI memandang pentingnya diversifikasi dan penguatan basis industri yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Menariknya, dari total 13 perusahaan dalam pipeline IPO, termasuk tiga perusahaan mercusuar yang berpotensi besar, belum ada satu pun yang berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini berarti seluruh calon emiten yang saat ini sedang dalam proses merupakan perusahaan swasta. Meskipun demikian, BEI tetap menyimpan optimisme yang tinggi terhadap partisipasi BUMN di masa mendatang. Kontribusi perusahaan pelat merah dinilai sangat vital untuk memperdalam dan memperkuat struktur pasar modal Indonesia.
Untuk merealisasikan harapan tersebut, BEI secara konsisten menjalin hubungan yang harmonis dan strategis dengan pemangku kepentingan utama di sektor BUMN. Sebelumnya, kerja sama intensif dilakukan dengan Kementerian BUMN, dan saat ini fokusnya beralih kepada Badan Pelaksana (BP) BUMN serta Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai pemegang saham perseroan negara. Melalui kolaborasi berkelanjutan ini, BEI berharap akan ada lebih banyak lagi perusahaan mercusuar yang berasal dari lingkungan BUMN yang dapat memperkuat peran mereka di kancah pasar modal nasional. “Kalau terkait dengan pertanyaan tadi, terkait dengan BUMN ya, sebagaimana saya pernah sampaikan, kita menjalin hubungan yang harmonis dengan pihak Kementerian BUMN yang sebelumnya, sekarang tentu ke Danantara. Jadi harapan kita, harapan Bursa, ada lighthouse-lighthouse yang nanti berasal dari State Owned Enterprise (BUMN),” papar Nyoman, menegaskan komitmen BEI.
Nyoman kembali menegaskan bahwa hingga saat ini, belum ada calon emiten dari kalangan BUMN yang secara resmi masuk dalam daftar antrean IPO. Namun, keyakinan terhadap potensi BUMN tetap kuat. BEI optimistis bahwa di masa mendatang, kontribusi dari perusahaan-perusahaan milik negara akan menjadi katalis penting bagi “market deepening” atau pendalaman pasar modal Indonesia. Kehadiran BUMN dengan skala bisnis yang besar dan fundamental yang kuat dipercaya dapat menarik minat investor lebih luas, meningkatkan likuiditas, serta memperkaya pilihan investasi di bursa saham. “Nah, saat ini kalau teman-teman bertanya, belum ada, belum ada, namun kami yakin ke depan kontribusi dari State Owned Enterprise akan dapat membantu market deepening dari pasar modal Indonesia,” pungkasnya, memberikan sinyal positif bagi masa depan pasar modal nasional.
Sumber: Kompas.com


