HIMBAUAN – Para investor dan pelaku pasar komoditas nampaknya perlu mencermati dinamika harga emas yang diperkirakan akan bergerak fluktuatif dalam lima hari ke depan. Pengamat mata uang dan komoditas terkemuka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa harga emas berpotensi berada dalam rentang Rp 2.290.000 hingga Rp 2.450.000 per gram. Fluktuasi ini, menurut Ibrahim, sangat dipengaruhi oleh simfoni kompleks antara gejolak politik di Amerika Serikat, spekulasi seputar kebijakan moneter bank sentral AS, serta konstelasi geopolitik global yang terus memanas.
Ibrahim Assuaibi, yang juga menjabat sebagai Direktur PT Traze Andalan Futures, menggarisbawahi bahwa faktor-faktor ini akan menjadi penentu utama pergerakan harga emas dunia maupun logam mulia lainnya. Pernyataannya disampaikan pada Minggu, 23 November 2025, menyoroti urgensi untuk memahami akar penyebab volatilitas pasar emas global.
Salah satu faktor eksternal dominan adalah kembalinya roda pemerintahan federal Amerika Serikat setelah masa libur, yang kemudian disusul dengan rilis data-data ekonomi krusial. Ibrahim mencatat bahwa data tenaga kerja di Negeri Paman Sam hanya tercatat hingga bulan September, bukan Oktober, dan menunjukkan adanya tren kenaikan. Data ini menjadi sorotan tajam karena seringkali menjadi barometer penting bagi bank sentral dalam menentukan arah kebijakannya ke depan, termasuk potensi perubahan suku bunga.
Situasi semakin rumit dengan adanya perbedaan pandangan di antara para pejabat bank sentral Amerika Serikat pasca rilis data tenaga kerja tersebut. Presiden Boston Fed, Susan M. Collins, berpendapat bahwa sebaiknya suku bunga dipertahankan guna menjaga stabilitas ekonomi yang telah dicapai. Kontras dengan pandangan tersebut, Presiden dan CEO Federal Reserve Bank of New York, John C. Williams, justru menilai bahwa bank sentral berpeluang memangkas suku bunga dalam waktu dekat tanpa mengancam target inflasi yang telah ditetapkan. Dualisme pandangan ini menciptakan ketidakpastian dan memicu spekulasi intens di pasar keuangan.
Menyikapi perbedaan persepsi tersebut, Ibrahim Assuaibi memprediksi bahwa pada bulan Desember mendatang, data tenaga kerja Amerika Serikat kemungkinan akan menunjukkan penurunan signifikan, disertai dengan peningkatan angka pengangguran. Kondisi ini, tambahnya, akan kembali mendorong bank sentral untuk serius membahas potensi penurunan suku bunga, sebuah langkah yang seringkali memberikan sentimen positif bagi harga emas sebagai aset lindung nilai.
Tak hanya dari sisi ekonomi dan kebijakan moneter, Ibrahim juga menyoroti peran penting geopolitik dalam membentuk harga emas. Ia menyebutkan bahwa Amerika Serikat saat ini tengah melancarkan tekanan terhadap Ukraina agar menyepakati gencatan senjata dengan Rusia, berdasarkan beberapa poin strategis yang dirancang oleh Gedung Putih. Namun, ada potensi besar bahwa kesepakatan tersebut bisa berujung pada kehilangan wilayah Ukraina yang akan dicaplok oleh Rusia. “Dinamika geopolitik inilah yang membuat harga emas sedikit tertahan, tidak melonjak terlalu ekstrem meski ada ketidakpastian,” jelas Ibrahim, menggambarkan bagaimana ketegangan ini memoderasi laju kenaikan harga emas dunia.
Melihat kompleksitas faktor-faktor tersebut, Ibrahim Assuaibi kemudian memaparkan proyeksi harga emas secara lebih spesifik. Untuk esok hari, ia memperkirakan harga emas akan bergerak di kisaran US$ 4.015 per troy ounce atau setara dengan sekitar Rp 2.320.000 per gram. Harga tertinggi pada hari tersebut kemungkinan dapat mencapai US$ 4.129 per troy ounce atau sekitar Rp 2.370.000 per gram, menggambarkan potensi pergerakan intraday yang cukup substansial bagi komoditas emas.
Proyeksi jangka menengah untuk lima hari ke depan menunjukkan bahwa harga emas paling rendah diperkirakan berada di sekitar US$ 3.972 per troy ounce, atau sekitar Rp 2.290.000 per gram. Sementara itu, untuk skenario paling optimis, harga tertinggi bisa menyentuh US$ 4.180 per troy ounce atau sekitar Rp 2.450.000 per gram. Rentang harga yang cukup lebar ini menekankan perlunya kewaspadaan bagi para investor yang berencana melakukan transaksi jual beli emas.
Faktor nilai tukar mata uang juga tidak bisa diabaikan dalam proyeksi harga emas di pasar domestik. Ibrahim Assuaibi memperingatkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan turut memengaruhi harga emas domestik. “Ini pun juga melihat rupiah yang kemungkinan besar masih akan melemah targetnya di Rp 16.700 sampai Rp 16.790 per dolar Amerika Serikat,” pungkasnya. Pelemahan rupiah ini secara inheren akan membuat harga emas dalam rupiah menjadi lebih mahal, meskipun harga emas global dalam dolar AS tidak banyak berubah.
Sebagai perbandingan, data harga emas batangan dari PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada Sabtu kemarin tercatat Rp 2.341.000 per gram. Angka ini menunjukkan penurunan dari posisi Rp 2.364.000 per gram pada Kamis sebelumnya dan Rp 2.348.000 per gram pada Jumat lalu. Pergerakan harga Antam ini memberikan konteks historis bagi proyeksi Ibrahim, menunjukkan bahwa pasar emas memang sedang berada dalam tren fluktuasi yang signifikan.
Pilihan Editor: Mengapa Ekspor Benur Berpotensi Menimbulkan Kerugian Negara
Sumber: MSN.com


