
JAKARTA, KOMPAS.com – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi pusat perhatian pelaku pasar modal setelah mencuatnya kabar rencana penggabungan (merger) dengan PT Grab Teknologi Indonesia (Grab). Isu strategis ini tidak hanya sekadar rumor, melainkan telah menjadi bahasan serius di internal pemerintah pusat, bahkan disebutkan telah didiskusikan dalam sebuah pertemuan bersama Presiden Prabowo Subianto.
Rencana monumental penggabungan dua raksasa teknologi yang mendominasi sektor ekonomi digital dan transportasi daring ini sontak memicu gelombang optimisme di kalangan investor. Prospek bisnis GOTO dinilai akan semakin kokoh, memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam lanskap digital di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
HIMBAUAN – Menanggapi dinamika ini, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menggarisbawahi bahwa penguatan harga saham GOTO saat ini selaras dengan analisis teknikal yang telah ia sampaikan sebelumnya. Herditya memperkirakan bahwa harga saham GOTO berpeluang menguji level moving average (MA) 200 di kisaran Rp 68 per saham. Titik ini menjadi krusial untuk mengindikasikan arah pergerakan selanjutnya bagi saham perusahaan teknologi tersebut.
“Penguatan GOTO masih cenderung in line dengan analisis teknikal yang kami sampaikan pada 28 Oktober 2025 lalu, di mana area konsolidasi sudah tertembus dan diperkirakan masih berpeluang menguat. Saat ini, posisi GOTO kami perkirakan berpeluang menguji MA200 di level 68,” jelas Herditya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (10/11/2025).
Senada dengan pandangan tersebut, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa momentum rencana merger ini telah berhasil memberikan dorongan sentimen positif yang signifikan terhadap saham GOTO. Ia bahkan merekomendasikan strategi accumulative buy untuk saham GOTO, dengan target harga (TP) Rp 74. Kenaikan harga saham GOTO dalam beberapa hari terakhir, menurutnya, adalah manifestasi dari ekspektasi pasar terhadap potensi sinergi besar yang akan tercipta dari peleburan dua entitas digital tersebut.
“Ini kenaikan harga saham GOTO itu sudah direfleksikan ya. Dari adanya dinamika rencana merger antara Grab dengan GOTO ya, Grab Holdings itu ya, itu sudah mendapatkan konfirmasi langsung dari saham negara. Berarti sebenarnya itu proses merger-nya itu sudah pernah dibahas dalam pertemuan bersama presiden. Nah, seperti itu ya kan,” ungkap Nafan kepada Kompas.com pada Senin ini.
Meskipun demikian, proses penggabungan GOTO dan Grab masih berada dalam tahap kajian mendalam, terutama terkait dengan bentuk dan skema penggabungan usaha yang paling optimal. Kabar bahwa pembahasan ini telah mencapai level strategis di pemerintahan menunjukkan keseriusan luar biasa dari kedua perusahaan untuk memperkuat dominasi mereka di pasar Asia Tenggara.
“Karena memang kebenarannya ada. Kebenarannya itu seperti ini, bahwa terdapat pembahasan yang serius antara GOTO dengan Grab misalnya ya, atau Grab dengan GOTO, tentu dalam hal merger, ya kan? Tapi memang prosesnya masih dikaji, begitu kan?” papar Nafan, menekankan validitas informasi tersebut.
Apabila rencana merger ini benar-benar terealisasi, penggabungan antara GOTO dan Grab berpotensi besar untuk melahirkan sebuah entitas teknologi raksasa dengan sinergi yang mencakup berbagai layanan, mulai dari transportasi daring, pembayaran digital, hingga e-commerce. Integrasi ekosistem yang luas ini diharapkan dapat menciptakan efisiensi operasional dan memperluas jangkauan layanan secara signifikan.
Saat ini, para pelaku pasar menaruh perhatian ekstra pada setiap perkembangan terkait rencana merger ini. Mereka menantikan kejelasan mengenai bagaimana bentuk kerja sama strategis ini akan diwujudkan dan kapan target waktu realisasinya akan dimulai. Harapannya, proses kajian yang sedang berjalan dapat segera membuahkan keputusan konkret dengan jadwal yang transparan, mengingat potensi dampak signifikan penggabungan dua perusahaan besar ini terhadap industri teknologi dan pasar modal Indonesia.
“Jadi sebenarnya itu para pelaku pasar juga menantikan terkait dengan proses mergernya itu seperti apa? dan juga berharap sekali bahwasannya rencana strategis tersebut juga bisa harus segera direalisasikan. Karena yang namanya proses yang dikaji tersebut pasti juga harus ada penentuan target waktunya dalam hal merger di antara kedua perusahaan raksasa ekonomi tersebut,” imbuh Nafan, menggambarkan antusiasme pasar.
Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Prasetyo Hadi, telah mengonfirmasi bahwa isu merger Grab dan GoTo kini memang menjadi bagian dari pembahasan di lingkungan pemerintah. “Salah satunya,” kata Prasetyo saat ditanya perihal kebenaran isu penggabungan tersebut, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (7/11/2025).
Dalam proses penggabungan ini, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) direncanakan akan turut terlibat. Prasetyo mencatat bahwa bentuk konkret dari penggabungan tersebut, apakah akan menggunakan skema merger atau akuisisi, masih dalam tahap pembahasan. Namun, ia memastikan bahwa kedua entitas akan digabung.
“Kira-kira begitu (Danantara terlibat). Rencananya begitu (Grab dibeli GOTO),” ungkapnya, memberikan sinyal awal mengenai arah transaksi. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada batas waktu atau deadline spesifik yang ditetapkan untuk rencana ini, meskipun pemerintah akan bekerja secepatnya untuk menuntaskan pembahasan tersebut. “Enggak ada (deadline). Secepatnya kita kalau kerja kan secepatnya ya,” tegas Prasetyo.
Menurut Mensesneg, keterlibatan pemerintah dalam penggabungan kedua perusahaan layanan transportasi daring dan pesan-antar makanan ini bertujuan utama untuk memastikan kelangsungan operasi kedua perusahaan demi kepentingan ekosistem digital nasional dan juga para mitranya.
Disclaimer: Artikel ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Semua rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi.


