HIMBAUAN – Kancah sepak bola Malaysia kembali menjadi pusat perhatian global setelah Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) merampungkan investigasi mendalam terkait dugaan pelanggaran dalam proses naturalisasi pemain. Laporan setebal 64 halaman yang dirilis FIFA mengungkap sebuah blunder signifikan dari salah satu pemain naturalisasi, yang kini memperburuk posisi Malaysia dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen vital.
Inti dari permasalahan ini terletak pada inkonsistensi pernyataan yang diberikan oleh seorang pemain selama sesi wawancara dengan penyidik FIFA. Sosok yang diidentifikasi sebagai “Pemain 1”, dan kemudian dikonfirmasi oleh dokumen FIFA merujuk kepada Gabriel Felipe Arrocha, memberikan keterangan yang berubah-ubah mengenai asal-usul keluarganya. Awalnya, ia menyatakan bahwa kakek dan neneknya lahir di luar Malaysia. “Kakek saya lahir di Venezuela dan nenek saya di Spanyol… Maksud saya Malaysia, maaf,” demikian kutipan FIFA dari laporan tersebut, yang mengindikasikan adanya kekeliruan atau upaya koreksi yang mendadak.
Pernyataan yang tiba-tiba direvisi ini sontak memicu kecurigaan kuat dari pihak FIFA terhadap keautentikan dokumen yang diajukan oleh Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dalam rangka proses naturalisasi pemain untuk tim nasional. Insiden ini, menurut laporan, memperparah dugaan pemalsuan dokumen yang sedang diselidiki.
FIFA Soroti Inkonsistensi Jawaban Pemain
FIFA menyoroti secara khusus ketidakmampuan sang pemain untuk menyediakan dokumen pendukung yang sebelumnya ia klaim telah diserahkan kepada agennya. Kondisi ini, ditambah dengan inkonsistensi pernyataannya, semakin memperbesar indikasi adanya ketidakwajaran dalam keseluruhan proses naturalisasi. Badan sepak bola dunia tersebut kemudian hanya dapat memverifikasi keabsahan dokumen dengan menelusuri tiga sumber utama: akta kelahiran nenek dari “Pemain 1”, Maria Belen Concepcion Martin, yang lahir pada tanggal 16 Mei 1956 dan telah diajukan oleh FAM dalam pemeriksaan kelayakan; akta kelahiran yang diperoleh secara mandiri oleh administrasi FIFA; serta akta kelahiran yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia.
FIFA menegaskan bahwa pernyataan lisan dari pemain tersebut memiliki peran krusial dalam menyimpulkan adanya dugaan pemalsuan. Komite banding dalam laporannya secara eksplisit mengutip pernyataan Arrocha: “Kata-katanya yang sebenarnya adalah: ‘Kakek saya lahir di Venezuela dan nenek saya di Spanyol… Maksud saya Malaysia, maaf’,” sebagaimana tertuang dalam paragraf 145–147 laporan FIFA. Respons yang ragu-ragu dan kemudian dikoreksi secara mendadak ini, dinilai oleh Komite banding, semakin memperkuat dugaan bahwa dokumen asal usul keturunan yang diajukan mungkin tidak autentik dan berpotensi telah direkayasa.
FAM dan 7 Pemain Dijatuhi Hukuman Berat
Konsekuensi dari investigasi ini telah dijatuhkan pada 3 November lalu, ketika Komite Banding FIFA mengumumkan sanksi tegas terhadap FAM dan tujuh pemain yang terlibat. FAM dijatuhi denda sebesar 350.000 franc Swiss, atau setara dengan sekitar Rp 7,3 miliar, sebuah angka yang mencerminkan keseriusan pelanggaran yang ditemukan.
Tidak hanya federasi, tujuh pemain yang terlibat juga menerima hukuman berat. Mereka adalah Facundo Garces, Imanol Machuca, Hector Hevel, Gabriel Palmero, Rodrigo Holgado, Joao Figueiredo, dan Jon Irazabal. Masing-masing dijatuhi sanksi skorsing selama 12 bulan dari seluruh aktivitas sepak bola profesional, serta denda sebesar 2.000 franc Swiss (sekitar Rp 42,1 juta).
FIFA secara lugas menyatakan bahwa kejanggalan yang terungkap dalam wawancara tersebut bukanlah insiden tunggal, melainkan merupakan bagian dari sebuah pola yang menguatkan dugaan pelanggaran serius terhadap aturan naturalisasi dan keabsahan dokumen pemain Timnas Malaysia. Kasus ini menjadi pengingat penting akan standar integritas dan transparansi yang diharapkan dalam setiap proses keolahragaan di kancah internasional.
Sumber: New Straits Times


