Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Emas Primadona! Kinerja Portofolio Investasi Oktober 2025

Emas Primadona! Kinerja Portofolio Investasi Oktober 2025

HIMBAUAN – JAKARTA. Dinamika pasar investasi global yang mulai menampakkan stabilitas pada Oktober 2025 berbuah manis bagi kinerja portofolio investasi domestik. Data terbaru menunjukkan perbaikan yang solid di berbagai instrumen, dengan emas memimpin penguatan, diikuti oleh obligasi pemerintah dan indeks saham. Namun, tidak semua aset menikmati periode positif ini, terutama aset kripto yang masih berada dalam tekanan berat.

Berdasarkan lansiran data Bloomberg, kinerja bulanan (month-on-month/MoM) pada Oktober 2025 menunjukkan dominasi emas Antam dan emas spot, yang keduanya melesat 3,18%. Kenaikan signifikan ini menegaskan kembali peran emas sebagai aset lindung nilai yang kuat. Diikuti oleh obligasi pemerintah yang berhasil mencatatkan penguatan 2,09%, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tidak kalah solid dengan kenaikan 1,28%.

Tren positif ini semakin terpancar pada kinerja tahun berjalan (year-to-date/YTD). Emas sekali lagi menjadi primadona dengan lonjakan harga emas Antam sebesar 42,28% dan emas spot 40,97% sejak awal tahun. IHSG juga turut berkontribusi dengan kenaikan sebesar 14,84%. Di segmen valuta asing, mata uang Swiss Franc (CHF) menunjukkan performa mengesankan, memimpin penguatan terhadap Rupiah (CHF/IDR) dengan kenaikan 15,81%. Sementara itu, data Infovesta mengungkapkan bahwa reksadana campuran berhasil mencatatkan imbal hasil tertinggi di antara jenis reksadana lainnya, mencapai 8,65%.

CEO dan Founder Finansialku, Melvin Mumpuni, menyoroti kinerja positif beragam instrumen investasi ini sebagai refleksi dari rebound pasar yang cukup kuat. “Secara umum, kinerja portofolio investasi per Oktober 2025 menunjukkan rebound yang cukup baik di tengah dinamika global yang mulai stabil,” ungkap Melvin kepada Kontan, Rabu (5/11/2025). Ia menjelaskan bahwa lonjakan harga emas merupakan indikator peningkatan permintaan terhadap aset safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik global yang masih membayangi, serta ekspektasi penurunan suku bunga dunia. Di sisi lain, obligasi pemerintah juga menikmati periode positif seiring dengan penurunan yield dan antisipasi pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia menjelang tahun 2026.

Lebih lanjut, Melvin memperkirakan peluang kenaikan harga masih terbuka lebar hingga akhir tahun ini, khususnya bagi saham-saham berfundamental kuat dan obligasi. Namun, ia juga mengingatkan bahwa ruang kenaikan emas kemungkinan akan mulai terbatas, kecuali jika terjadi lonjakan risiko global baru yang signifikan yang kembali memicu minat terhadap aset lindung nilai.

Coretax DJP: Serah Terima dari Vendor 15 Desember!

Analisis serupa datang dari Analis Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, yang secara tegas menyebut emas sebagai aset dengan kinerja terbaik di bulan Oktober. Wahyu menjelaskan, peran emas sebagai safe haven di tengah ketidakpastian global dan tingkat inflasi yang masih tinggi menjadi pendorong utama. “Kinerja emas Antam dan spot yang naik di atas 3% sebulan dan lebih dari 40% sejak awal tahun memperlihatkan kuatnya minat terhadap aset lindung nilai,” jelas Wahyu, menegaskan posisi vital emas dalam portofolio investor.

Wahyu menambahkan bahwa tidak hanya emas, obligasi pemerintah dan reksadana pendapatan tetap juga mencatatkan kinerja positif, didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia. Sementara itu, IHSG tetap solid, ditopang oleh gelombang investasi dalam negeri dan keberlanjutan proyek hilirisasi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam melihat prospek ke depan, Melvin Mumpuni mengidentifikasi empat faktor kunci yang akan krusial dalam membentuk kinerja pasar hingga akhir tahun. Faktor-faktor tersebut meliputi kebijakan suku bunga global, laju inflasi domestik, pergerakan harga komoditas dunia, dan eskalasi tensi geopolitik. Ia mencontohkan, jika The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga di kuartal IV-2025, pasar obligasi dan saham memiliki potensi besar untuk mencatatkan penguatan tambahan yang signifikan.

Untuk rekomendasi investasi, obligasi pemerintah dan reksadana pendapatan tetap dinilai paling menarik karena menawarkan potensi capital gain yang menjanjikan dari ekspektasi pemangkasan suku bunga. Sektor saham juga masih berpeluang positif, terutama di bidang telekomunikasi, perbankan, dan pertambangan. Sementara itu, emas tetap direkomendasikan sebagai komponen aset lindung nilai, dengan porsi sekitar 5%–10% dari total portofolio investasi.

Wahyu Laksono turut memberikan saran strategis, menekankan pentingnya memperkuat diversifikasi portofolio dan menerapkan pendekatan investasi secara bertahap menjelang akhir tahun. “Pertahankan porsi yang sehat pada aset defensif seperti emas dan reksadana pasar uang, sambil menambah posisi di pendapatan tetap untuk mengunci return dari penurunan suku bunga,” sarannya, menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara risiko dan potensi keuntungan.

Pollux Hotels Terbitkan Obligasi Keberlanjutan Rp500 M

Bagi investor dengan profil moderat, Melvin Mumpuni merekomendasikan komposisi ideal portofolio sekitar 40% pada saham, 40% pada obligasi atau reksadana pendapatan tetap, dan 20% pada emas atau instrumen pasar uang. “Kuncinya adalah tetap disiplin dengan tujuan keuangan, menjaga diversifikasi, dan tidak terlalu reaktif terhadap volatilitas jangka pendek,” tegas Melvin, menekankan pentingnya strategi jangka panjang.

Kontras dengan sentimen positif di pasar tradisional, aset kripto masih mencatat tekanan berat sepanjang Oktober 2025. Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, melaporkan bahwa Bitcoin (BTC) mengalami penurunan 2,6% hingga mencapai US$101.583, memperpanjang penurunan bulanan menjadi 18,3%. Ethereum (ETH) bahkan anjlok lebih dalam, sebesar 5,9% ke level US$3.301. “Prospek harga Bitcoin hingga akhir tahun menunjukkan tekanan bearish yang cukup kuat,” ujar Fyqieh.

Fyqieh menjelaskan bahwa tekanan pada aset kripto ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penguatan dolar AS, korelasi yang tinggi dengan pergerakan saham teknologi, serta keluarnya dana dari ETF Bitcoin senilai US$578 juta hanya dalam lima hari. Indeks Fear & Greed yang berada di level “Extreme Fear” (20/100) semakin menegaskan sentimen pasar yang sangat hati-hati dan cenderung pesimis terhadap aset digital.

Meskipun demikian, Fyqieh menilai bahwa potensi rebound jangka menengah masih terbuka, terutama menjelang upgrade Fusaka pada 5 Desember 2025. Peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas blok Ethereum dan secara signifikan menurunkan biaya transaksi Layer 2 hingga 95%. “Upgrade ini bisa mendorong adopsi DeFi dan NFT,” jelas Fyqieh, melihatnya sebagai katalis positif. Selain itu, akumulasi 3,5 juta ETH oleh investor besar sejak Oktober 2024 menunjukkan strategi akumulasi yang bisa menjadi pendorong bullish menjelang akhir tahun. Kebijakan The Fed yang mulai menyuntikkan likuiditas dan langkah China menurunkan tarif impor juga memberikan sedikit dukungan terhadap aset berisiko, meskipun efeknya belum terasa besar.

Untuk strategi investasi di tengah volatilitas ini, Fyqieh menyarankan diversifikasi aset kripto dengan fokus pada Bitcoin dan Ethereum, serta pengelolaan risiko yang ketat. “Strategi bagi investor dalam memilih aset kripto sebaiknya dimulai dengan diversifikasi portofolio,” jelas Fyqieh. Ia menambahkan, “Investor juga harus memperhatikan sentimen pasar, seperti indeks Fear & Greed, serta risiko regulasi yang bisa mempengaruhi aset kripto,” menekankan pentingnya kehati-hatian dalam pasar yang dinamis ini.

Wall Street Reli: Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga?

(Sumber: Kontan.co.id)

Facebook Comments Box

POPULER





Desember 2025
SSRKJSM
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031 
×
×