HIMBAUAN.COM, Jakarta – Dunia bisnis dikejutkan dengan berita mengejutkan dari Amerika Serikat: Del Monte Foods, raksasa makanan kaleng yang telah eksis selama 138 tahun, resmi mengajukan kebangkrutan (Chapter 11). Langkah ini menandai berakhirnya sebuah era bagi salah satu merek paling ikonik dalam sejarah industri makanan.
Del Monte, yang dikenal luas melalui produk buah kaleng, tomat, hingga kaldu dapur, kini tengah berada di ujung tanduk. Dengan beban utang yang ditaksir antara US$1 miliar hingga US$10 miliar, perusahaan ini tengah berupaya menata ulang operasionalnya melalui proses hukum di pengadilan kebangkrutan AS.
Krisis Permintaan dan Lonjakan Biaya Operasional
Dalam pengajuan resmi, Del Monte menyebutkan bahwa penurunan tajam dalam permintaan konsumen menjadi faktor utama di balik keterpurukan ini. Gaya hidup yang berubah, pergeseran preferensi konsumen terhadap makanan segar dan alami, serta tekanan dari tren makanan instan sehat dan organik membuat posisi Del Monte makin terpojok.
Perusahaan juga mengungkapkan bahwa mereka menghadapi peningkatan tajam dalam biaya penyimpanan akibat kelebihan stok. Kondisi ini memaksa mereka melakukan promosi besar-besaran demi mengosongkan rak-rak distribusi—sebuah strategi yang justru memperburuk profitabilitas.
Suntikan Dana Sementara dan Penjualan Aset
Meskipun berada dalam proses kebangkrutan, Del Monte berhasil mengamankan pendanaan darurat sebesar US$912,5 juta. Dana ini akan digunakan untuk mempertahankan operasi selama masa transisi, terutama menjelang musim puncak produksi pengalengan.
Dalam upaya bertahan, Del Monte juga tengah menjajaki proses penjualan aset. Sejumlah merek ikonik seperti kaldu College Inn, tomat kaleng Contadina, dan tentu saja produk Del Monte sendiri masuk dalam portofolio aset yang akan ditransaksikan kepada investor atau perusahaan lain yang berminat.

Dari Kejayaan Menuju Kejatuhan
Didirikan pada tahun 1886, Del Monte memulai sejarahnya sebagai pionir dalam industri pengalengan makanan di San Francisco. Pabrik mereka yang dibangun pada 1907 sempat menjadi fasilitas pengalengan terbesar di dunia pada dekade awal abad ke-20.
Produk-produk Del Monte sempat menjadi bagian tak terpisahkan dari rumah tangga di seluruh Amerika dan negara lain, termasuk Indonesia. Namun, seperti banyak perusahaan ritel tradisional, Del Monte gagal beradaptasi secara agresif terhadap perubahan pasar, terutama di era digital dan pasca-pandemi.
Bukan Kasus Tunggal
Del Monte bukan satu-satunya perusahaan yang tak mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi global. Sepanjang tahun 2025 saja, lebih dari 286 perusahaan besar di AS telah mengajukan kebangkrutan. Lonjakan suku bunga, ketidakpastian ekonomi global, dan tekanan inflasi menjadi katalis yang mempercepat keruntuhan perusahaan-perusahaan lama yang gagal berinovasi.
Apa yang Bisa Dipelajari?
Kasus Del Monte menjadi cermin penting bagi pelaku bisnis di sektor makanan dan minuman. Inovasi produk, adaptasi terhadap tren pasar, serta pengelolaan supply chain yang lincah menjadi krusial dalam menghadapi era disrupsi. Tanpa kemampuan untuk membaca perubahan selera konsumen dan mendesain strategi pemasaran yang relevan, bahkan merek yang telah berusia lebih dari satu abad pun bisa tumbang.
Sumber : Kompas