HIMBAUAN – , JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak cepat merespons desakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Demi menjaga integritas pasar modal dan melindungi investor, BEI resmi membentuk tim kerja khusus untuk mengawasi serta menertibkan fenomena “saham gorengan” yang kerap meresahkan. Langkah strategis ini menegaskan komitmen BEI dalam menciptakan iklim investasi yang sehat dan transparan.
Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, membenarkan inisiatif pembentukan tim kerja tersebut. Dalam pernyataannya, Jeffrey menegaskan bahwa perlindungan investor adalah prioritas utama bagi otoritas bursa. “Intinya, kalau terkait perlindungan investor, itu selalu menjadi prioritas kami. Bursa akan bekerja keras untuk itu,” ujar Jeffrey saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada Rabu (29/10/2025). Pernyataan ini sekaligus menjadi janji BEI untuk serius menangani isu krusial tersebut. Informasi lebih lanjut mengenai BEI dapat diakses melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia.
Desakan tegas dari Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa sebelumnya menjadi pemicu utama langkah BEI ini. Purbaya mengungkapkan bahwa Kementerian Keuangan belum akan mengucurkan insentif bagi pasar modal, sebelum BEI menunjukkan upaya konkret dalam menertibkan perilaku investor, termasuk dalam mengendalikan pergerakan saham-saham “gorengan”. Pernyataan yang bernada ultimatum ini disampaikan Purbaya saat kunjungannya ke BEI pada awal bulan Oktober lalu.
“Tadi Direktur Bursa juga minta insentif terus yang belum saya kasih. Jadi, saya bilang akan saya berikan insentif kalau sudah merapikan perilaku investor di pasar modal,” terang Purbaya dengan lugas di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (9/10/2025). Ini mengindikasikan bahwa pemberian insentif pemerintah akan sangat bergantung pada keberhasilan BEI dalam mewujudkan pasar modal yang lebih teratur dan adil.
Lebih lanjut, Purbaya menjelaskan bahwa penertiban saham-saham “gorengan” merupakan kunci vital untuk memastikan perlindungan terhadap investor kecil. Ia menekankan pentingnya ekosistem pasar modal yang aman dari praktik spekulatif yang merugikan. Dengan demikian, kepercayaan investor terhadap pasar modal Indonesia dapat terus tumbuh dan terjaga.
Di tengah upaya penertiban ini, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tetap menyuarakan optimisme tinggi terhadap prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di masa depan. Keyakinan tersebut ia sampaikan dalam berbagai kesempatan, menunjukkan pandangan positifnya terhadap fundamental ekonomi dan pasar domestik.
“Mungkin 10 tahun lagi, seperti yang saya bilang tadi, in short IHSG to the moon,” ujarnya penuh semangat, memproyeksikan lonjakan luar biasa bagi indeks acuan pasar saham Indonesia tersebut. Pernyataan ini, yang diulang-ulang, bertujuan untuk menularkan optimisme di kalangan pelaku pasar.
Pada kesempatan lain, Purbaya juga sempat menuturkan keyakinannya bahwa IHSG berpotensi menyentuh level 9.000 pada tahun ini. Meskipun mengakui adanya keberadaan saham “gorengan” di pasar, Purbaya menegaskan bahwa fundamental emiten-emiten besar yang solid akan menjadi pendorong utama kenaikan indeks. “Memang di sini ada saham gorengan, ada kan? Tetapi yang fundamental kan banyak yang besar-besar, makanya indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya gimana indeks [harga saham gabungan]? ‘To the moon‘ saya bilang. Itu menciptakan optimisme juga,” jelasnya dari Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Pria yang pernah berkarir di Danareksa itu semakin memperkuat prediksinya. Ia memperkirakan bahwa pada akhir 2025 ini, IHSG akan mampu mencapai level 9.000. Bahkan, dalam sepuluh tahun ke depan, atau pada akhir 2035, Purbaya melihat potensi kenaikan IHSG yang hampir mencapai empat kali lipat dari posisi saat ini. Proyeksi ambisius ini diharapkan dapat memacu semangat investasi jangka panjang di Indonesia.


