Ekonomi
Beranda / Ekonomi / Rupiah Loyo Jelang Pidato The Fed: Apa Dampaknya?

Rupiah Loyo Jelang Pidato The Fed: Apa Dampaknya?

Mengapa Kurs Rupiah Melemah Signifikan? Analisis Dampak Pidato The Fed dan Defisit Fiskal

Pada Selasa, 23 September 2025, HIMBAUAN JAKARTA mencatat bahwa nilai tukar rupiah Indonesia mengalami pelemahan yang cukup substansial terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pelemahan ini, yang terjadi di tengah dinamika pasar global, terutama dipicu oleh antisipasi investor terhadap pidato krusial dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.

Bagaimana Pergerakan Kurs Rupiah pada 23 September 2025?

Pergerakan nilai tukar rupiah pada hari tersebut menunjukkan tren depresiasi yang jelas. Menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg, rupiah spot tercatat ditutup melemah sebesar 0,46%. Penurunan ini membawa posisi rupiah ke level Rp 16.688 per dolar AS, mencerminkan respons pasar yang signifikan terhadap faktor-faktor eksternal dan internal.

Sementara itu, berdasarkan acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah juga mengalami pelemahan, meskipun dengan persentase yang sedikit lebih rendah. Rupiah ditutup di posisi Rp 16.636 per dolar AS, yang menandakan pelemahan sebesar 0,17% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya. Data ini mengonfirmasi tren negatif yang dihadapi mata uang domestik dalam sesi perdagangan tersebut.

Faktor Apa Saja yang Mendorong Pelemahan Rupiah?

Menurut analisis mendalam dari Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, yang disampaikan kepada Kontan pada Selasa (23/9/2025), pelemahan rupiah merupakan kelanjutan dari tren depresiasi yang dipengaruhi oleh ekspektasi pasar. Josua Pardede menyoroti dua faktor utama yang secara kolektif menekan nilai tukar rupiah.

Coretax DJP: Serah Terima dari Vendor 15 Desember!

Bagaimana Antisipasi Pidato Jerome Powell Memengaruhi Rupiah?

Salah satu pendorong utama pelemahan rupiah adalah antisipasi kuat dari para investor terhadap pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Investor global menantikan sinyal yang akan disampaikan oleh Powell terkait arah kebijakan moneter The Fed di masa depan. Keputusan dan pernyataan dari bank sentral AS memiliki implikasi besar terhadap pasar keuangan global, termasuk pergerakan mata uang seperti rupiah.

Setiap indikasi perubahan suku bunga acuan AS atau langkah-langkah pengetatan moneter lainnya dapat memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan oleh daya tarik imbal hasil investasi di AS yang menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, ketidakpastian seputar kebijakan The Fed menciptakan tekanan jual terhadap aset-aset berisiko, termasuk rupiah, karena investor cenderung beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS.

Apa Dampak Pelebaran Defisit Fiskal Terhadap Nilai Rupiah?

Selain faktor eksternal, Josua Pardede juga mencermati bahwa depresiasi rupiah turut disebabkan oleh berlanjutnya kekhawatiran domestik terkait pelebaran defisit fiskal. Kekhawatiran ini mencuat pasca disahkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dalam proses pengesahan tersebut, defisit APBN untuk tahun 2026 direvisi ke atas menjadi 2,68% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini mengalami peningkatan dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,48% dari PDB. Peningkatan defisit fiskal dapat menimbulkan persepsi risiko yang lebih tinggi bagi investor, terutama terkait keberlanjutan keuangan negara dan potensi peningkatan utang pemerintah. Meskipun Josua Pardede menuturkan bahwa angka revisi defisit APBN 2026 ini masih berada di bawah proyeksi defisit untuk tahun 2025 yang sebesar 2,78% dari PDB, pelebaran defisit tetap menjadi perhatian utama bagi pelaku pasar.

Pelebaran defisit dapat mengindikasikan bahwa pemerintah perlu membiayai pengeluaran yang lebih besar dari pendapatan, yang seringkali dilakukan melalui penerbitan surat utang. Peningkatan penerbitan utang dapat memengaruhi ketersediaan likuiditas di pasar, dan dalam beberapa kasus, dapat menekan nilai mata uang domestik jika investor menuntut premi risiko yang lebih tinggi untuk memegang obligasi pemerintah.

Pollux Hotels Terbitkan Obligasi Keberlanjutan Rp500 M

Bagaimana Prediksi Pergerakan Rupiah untuk Rabu, 24 September 2025?

Menatap hari berikutnya, Josua Pardede memberikan proyeksi mengenai pergerakan rupiah pada Rabu, 24 September 2025. Menurut analisisnya, pergerakan nilai tukar rupiah akan sangat dipengaruhi oleh potensi pelemahan dari data Purchasing Managers’ Index (PMI) Amerika Serikat.

Data PMI AS merupakan indikator penting yang mencerminkan aktivitas sektor manufaktur dan jasa di negara tersebut. Jika data PMI menunjukkan pelemahan, hal ini dapat mengindikasikan perlambatan ekonomi AS. Perlambatan ekonomi AS, pada gilirannya, dapat memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed dan permintaan global. Oleh karena itu, pelemahan data PMI AS berpotensi menambah tekanan pada rupiah.

Berdasarkan faktor-faktor yang diperkirakan akan memengaruhi pergerakan pasar, Josua Pardede memprediksi bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang yang ketat. Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.600 hingga Rp 16.700 per dolar AS pada perdagangan Rabu, 24 September 2025. Rentang ini mencerminkan kehati-hatian investor dalam mengantisipasi rilis data ekonomi penting dan perkembangan kebijakan moneter global.

Kondisi pelemahan rupiah ini juga sejalan dengan tren yang terjadi di pasar mata uang Asia secara umum pada Selasa, 23 September 2025. Rupiah tercatat loyo selama empat hari beruntun, sementara mata uang regional lainnya seperti Rupee India juga mencetak rekor terendah. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan terhadap mata uang negara berkembang merupakan fenomena yang lebih luas, dipengaruhi oleh sentimen pasar global dan kebijakan moneter negara-negara maju.

Tag Headline: Kurs Rupiah Melemah, The Fed, Jerome Powell, Defisit Fiskal, Ekonomi Indonesia, Pasar Uang
Featured: Ya
{{category}}: Ekonomi & Bisnis
Tag With coma: Kurs Rupiah, Dolar AS, The Fed, Jerome Powell, Bank Indonesia, APBN 2026, Defisit Fiskal, Ekonomi Global, Josua Pardede, Bank Permata, PMI AS, Mata Uang Asia

Wall Street Reli: Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga?

Facebook Comments Box

POPULER





Desember 2025
SSRKJSM
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031 
×
×