Edukasi Himbauan Inovasi
Beranda / Teknologi / Inovasi / Ayo Upcycle & Recycle! Bangun Fashion Berkelanjutan di Indonesia

Ayo Upcycle & Recycle! Bangun Fashion Berkelanjutan di Indonesia

Upcycle dan Recycle Kunci Masa Depan Fashion Berkelanjutan di Indonesia
Upcycle dan Recycle Kunci Masa Depan Fashion Berkelanjutan di Indonesia

HIMBAUAN.COM, Industri fashion terus menghadapi sorotan tajam sebagai salah satu penyumbang terbesar kerusakan lingkungan global. Produksi masif, konsumsi berlebihan, serta siklus hidup pakaian yang pendek mempercepat penumpukan limbah tekstil. Dalam konteks ini, pendekatan upcycle dan recycle menjadi solusi nyata untuk mengatasi krisis keberlanjutan yang ditimbulkan sektor fashion.

Penelitian dari berbagai sumber menyebutkan bahwa konsumsi pakaian dan alas kaki diperkirakan meningkat hingga 102 juta ton pada 2030, naik drastis dari 62 juta ton pada 2015. Ironisnya, hanya 12% limbah tekstil yang didaur ulang secara global. Bahkan, industri fashion diprediksi akan menyumbang hingga 25% emisi karbon dunia pada 2050.

Empat Perusahaan Dihukum Bayar Rp721 Miliar Akibat Kerusakan Lingkungan Parah – Putusan Bersejarah!

Upcycle dan Recycle: Solusi Nyata yang Kian Relevan

Menurut Grappi et al. (2024), tren daur ulang dan upcycle kini tidak hanya menarik perhatian kalangan industri, tetapi juga warga dan ilmuwan yang peduli lingkungan. Daur ulang (recycle) bekerja dengan cara mengurai limbah menjadi bahan baku baru, meskipun ada penurunan nilai dalam prosesnya. Sebaliknya, upcycle mempertahankan atau bahkan meningkatkan nilai barang lama dengan kreativitas dan inovasi.

Upcycle lebih dari sekadar daur ulang. Ini adalah seni mentransformasi limbah menjadi produk yang lebih berkualitas—praktik yang terbukti memperpanjang usia bahan, mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam, dan menggerakkan ekonomi sirkular (Singh et al., 2023).

Tantangan dan Peluang di Indonesia

Indonesia sendiri menghadapi tantangan serupa. Sebagai produsen fashion besar di Asia Tenggara, negara ini menghasilkan sekitar 2,3 juta ton limbah tekstil pada 2021, menyumbang 12% dari total sampah rumah tangga. Dengan hanya 1% kain yang didaur ulang, diperkirakan limbah tekstil nasional akan meningkat hingga 70% pada 2030, jika tidak ada intervensi.

Meskipun demikian, peluang tetap terbuka. Lebih dari 3 juta pekerja menggantungkan hidup dari sektor tekstil dan pakaian, yang menyumbang 17% dari lapangan kerja manufaktur nasional. Pemerintah menargetkan ekspor tekstil senilai USD 75 miliar pada tahun 2030. Untuk itu, penerapan prinsip keberlanjutan menjadi keniscayaan, bukan sekadar pilihan.

Nikel dan Luka Pulau Obi, Ironi Hijau Kendaraan Listrik

Perilaku Konsumen Berubah, Industri Harus Tanggap

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumen kini semakin sadar akan dampak lingkungan dari fast fashion. Motivasi internal—baik pribadi, sosial, maupun material—mendorong preferensi terhadap produk fashion daur ulang dan upcycle. Sikap positif ini berpengaruh langsung terhadap niat beli yang tinggi.

Dengan memahami dinamika ini, industri fashion Indonesia dapat beradaptasi dengan menyediakan produk berkelanjutan, memperkuat narasi brand yang peduli lingkungan, serta melibatkan konsumen dalam perjalanan hijau mereka.

Menuju Masa Depan Fashion yang Bertanggung Jawab

Gaya hidup berkelanjutan kini menjadi kunci mengurangi dampak industri terhadap lingkungan. Penggunaan produk ramah lingkungan, hasil daur ulang, atau hasil upcycle bukan hanya tren, melainkan kebutuhan global. Studi ini menegaskan bahwa mendorong sikap positif terhadap fashion berkelanjutan adalah langkah awal membentuk perilaku yang nyata.

Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi pemimpin dalam transformasi fashion yang beretika dan ramah lingkungan.

Sumber : unair.ac.id

Tarif Listrik 2025 Tetap, Pemerintah Jaga Stabilitas dan Daya Beli

Bagikan
×