HIMBAUAN – Pemerintah, melalui Perusahaan Umum Bulog, menegaskan komitmennya untuk memperkuat cadangan pangan nasional dan menjamin stabilitas pasokan beras di masa mendatang. Langkah strategis ini diwujudkan melalui dua pilar utama: melanjutkan penyewaan gudang filial sekaligus menginisiasi pembangunan 100 unit gudang baru pada tahun 2026. Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, secara lugas menyampaikan rencana vital ini di kantor pusat Bulog, Jakarta Selatan, pada Kamis, 20 November 2025, menggarisbawahi urgensi persiapan menghadapi dinamika panen raya dan tantangan cuaca.
Rizal menjelaskan bahwa keputusan untuk tetap menyewa gudang-gudang filial merupakan strategi taktis yang tak terhindarkan, terutama dalam mengantisipasi volume serapan gabah petani yang diperkirakan tinggi pada panen raya tahun depan. Gudang-gudang sewaan ini, yang tersebar di berbagai sentra produksi, akan dimaksimalkan fungsinya untuk menampung hasil panen dengan efisien. Lebih dari sekadar ruang penyimpanan, Rizal memastikan bahwa setiap gudang filial akan dilengkapi dengan fasilitas cocoon. Teknologi cocoon ini merupakan inovasi pengemasan beras menggunakan bahan semacam plastik khusus yang dirancang untuk menjaga kualitas gabah dan beras dari ancaman hama, kelembaban, serta kontaminasi, sehingga mutu pangan tetap terjaga optimal hingga didistribusikan ke masyarakat.
Meskipun demikian, Bulog belum dapat memproyeksikan secara pasti kuantitas panen padi pada tahun depan. Rizal mengakui bahwa faktor cuaca menjadi penentu utama yang sangat dinamis. Oleh karena itu, pemerintah kini sedang gencar berdiskusi intensif dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk memperoleh data dan prediksi cuaca yang lebih akurat. “Apakah nanti akan terjadi El Nino atau La Nina, kita belum tahu,” ungkap Rizal, menyoroti ketidakpastian iklim yang dapat memengaruhi produktivitas pertanian. Harapannya, data prediksi cuaca dari BMKG ini akan menjadi bekal berharga bagi pemerintah dalam memformulasikan proyeksi jumlah panen serta menyusun strategi mitigasi yang efektif, demi stabilitas pasokan pangan nasional.
Sejalan dengan upaya jangka pendek penyewaan gudang, Bulog juga melangkah maju dengan rencana ambisius pembangunan 100 gudang baru pada tahun 2026. Ratusan gudang ini diproyeksikan memiliki kapasitas total yang signifikan, mencapai 1 juta ton, yang akan menjadi tulang punggung baru dalam sistem logistik pangan nasional. Pembangunan ini dirancang dengan mempertimbangkan efisiensi dan adaptasi terhadap potensi wilayah. Oleh karena itu, gudang-gudang baru tersebut akan hadir dalam tiga tipe kapasitas yang berbeda: tipe kecil dengan kapasitas 3.500 ton, tipe menengah 7.000 ton, dan tipe besar yang mampu menampung hingga 14.000 ton.
Variasi kapasitas ini bukanlah tanpa alasan yang kuat. Rizal menjelaskan bahwa pertimbangan utama adalah potensi produksi padi di setiap wilayah. “Kalau yang tidak berpotensi menghasilkan padi, itu mungkin kelas kecil atau kelas menengah,” katanya, menunjukkan pendekatan yang terukur dan adaptif terhadap karakteristik geografis serta agrikultural daerah. Sebaliknya, daerah-daerah yang merupakan sentra produksi padi utama akan diprioritaskan untuk mendapatkan gudang dengan kapasitas besar, guna memastikan penyerapan dan penyimpanan hasil panen yang maksimal. Dengan demikian, investasi infrastruktur ini dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing daerah, memperkuat ekosistem pangan dari hulu ke hilir.
Dari total 100 unit yang direncanakan, Bulog menargetkan penyelesaian pembangunan 50 gudang pertama dapat rampung pada Maret 2026. Percepatan ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menuntaskan agenda ketahanan pangan dan mempercepat ketersediaan infrastruktur. Rizal memaparkan bahwa ke-50 gudang tersebut akan berdiri di atas lahan milik Bulog yang sebagian besar berasal dari hibah pemerintah kabupaten/kota, menunjukkan sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan cita-cita bersama.
Hingga saat ini, proses penentuan lokasi pembangunan gudang baru masih dalam tahap pembahasan komprehensif dan matang. Pembahasan ini melibatkan kolaborasi strategis antara Bulog, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri, guna memastikan lokasi yang paling strategis dan tepat sasaran. Prioritas utama akan diberikan pada wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta daerah-daerah yang belum memiliki unit penyimpanan yang memadai, untuk menghindari tumpang tindih infrastruktur dan memastikan pemerataan akses terhadap fasilitas penyimpanan pangan. “Seperti di Kepulauan Maluku Utara, kemudian di Pegunungan-Pegunungan Papua, itu juga kita akan bangun,” tegas Rizal, menggambarkan komitmen pemerintah untuk menjangkau seluruh pelosok negeri. Upaya ini diharapkan tidak hanya memperkuat infrastruktur pangan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di daerah-daerah terpencil.
Pilihan Editor: Ekses Lain Penyerapan Gabah Segala Kualitas: Gudang Bulog Kurang


