HIMBAUAN – Jagoan yang merasa bisa habisi Khamzat Chimaev, Bo Nickal membahas selebrasi kontroversialnya di UFC 322.
Pada sebuah malam yang seharusnya penuh euforia, petarung muda sensasional, Bo Nickal, berhasil mengukir kemenangan gemilang dalam hajatan tarung UFC 322 yang berlangsung pada Minggu (16/11/2025) waktu Indonesia. Namun, sorotan publik bukan hanya tertuju pada performa luar biasanya di dalam oktagon, melainkan juga pada selebrasi kontroversial yang menyertainya, memicu berbagai tanda tanya dan perdebatan di kalangan penggemar MMA.
Dalam pertarungan krusial tersebut, Nickal menghadapi Rodolfo Vieira. Duel yang intens itu mencapai puncaknya di ronde ketiga, ketika Nickal secara mengejutkan melancarkan tendangan ke arah kepala yang telak, menjatuhkan musuhnya dan meraih kemenangan KO yang spektakuler. Momen dramatis ini seolah menegaskan dominasi dan potensi besar yang dimiliki oleh petarung asal Amerika Serikat tersebut.
Namun, alih-alih merayakan kemenangan dengan sukacita bersama para pendukungnya, Nickal justru melakukan gestur yang mengejutkan banyak pihak. Ia mengarahkan dua jari tengahnya kepada seluruh penonton yang memenuhi Madison Square Garden, New York. Tindakan ini seketika menimbulkan keheranan, mengingat Nickal sejatinya bertarung di hadapan publiknya sendiri, yang seharusnya memberikan dukungan penuh.
Nickal sendiri kemudian mengakui bahwa dirinya berada dalam kondisi emosional yang intens pasca-kemenangan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa sebelum pertarungan, dirinya sempat terbebani oleh komentar dan keraguan dari banyak pihak yang meremehkan kemampuannya. Beban mental inilah yang kemudian coba ia lampiaskan melalui selebrasi yang tak biasa itu.
“Ya, saya merasa harus membuktikan sesuatu,” tegas Nickal, sebagaimana dilansir Juara.net dari MMA Fighting, menjelaskan motivasi di balik tindakannya. “Saya merasa punya beban di pundak saya… Tentu saya selalu ingin menjadi pribadi yang lebih baik, namun akhirnya tidak demikian.” Ia menambahkan, “Saya adalah orang yang kompetitif, seperti itulah saya. Jadi, saya berusaha keras untuk menang dan akhirnya jadi terlalu emosional.” Pernyataan ini memberikan gambaran tentang tekanan psikologis yang ia rasakan.
Lebih lanjut, Nickal mengungkapkan perasaannya akan keterasingan di tengah sorotan, seolah-olah ia harus menghadapi segalanya sendirian. “Saya sedikit merasa bahwa saya bertarung sendirian di sana,” ujarnya. “Mereka bisa bicara buruk tentang saya, kemudian membaik-baiki saya setelahnya… Saya sendiri merasa saya hanya berdiri untuk diri saya sendiri.” Nickal juga menegaskan bahwa gesturnya bukanlah serangan pribadi, melainkan murni ekspresi dari perasaannya saat itu. “Saya tegaskan bahwa itu bukanlah masalah personal. Saya hanya menunjukkan apa yang saya rasakan saja,” pungkasnya.
Sensasi besar memang sempat dibawa Bo Nickal sejak kemunculannya di ajang UFC. Dengan rekor gulat yang luar biasa cemerlang, namanya selalu menjadi pusat perhatian dan disebut-sebut sebagai salah satu prospek paling menjanjikan di dunia pertarungan. Harapan dan ekspektasi publik yang tinggi menyelimuti setiap langkahnya.
Namun, persepsi publik mulai bergeser setelah ia mengalami kekalahan dari Reinier de Ridder pada bulan Mei silam. Kekalahan tersebut menjadi titik balik yang memicu gelombang komentar miring, bahkan tak sedikit yang melabelinya sebagai “jagoan karbitan UFC”. Stigma inilah yang tampaknya menjadi pemicu utama bagi Nickal untuk merasakan beban pembuktian dan emosi yang meluap, yang kemudian ia tunjukkan melalui selebrasi kontroversial di UFC 322.
Sebelum Dihabisi Rekan Islam Makhachev, Rekan Conor McGregor Hampir Dihajar Sosok Ini
Terlalu Menyeramkan, Aura Islam Makhachev Bikin Eks Juara UFC Takut


